Bukan hanya susunan garis-garis, keindahan Lurik juga dibangun oleh susunan dan komposisi warnanya. Kawan Lori pastinya sudah melihat Lurik dengan berbagai macam warna. Namun tahukah kawan, warna pada kain Lurik tidak muncul begitu saja. Dalam kebudayaan Jawa setidaknya, warna-warna Lurik punya makna yang mendalam. Tiap warna merupakan manifestasi atas nilai-nilai yang luhur tentang gambaran kehidupan manusia, dari lahir hingga menghampiri kematian. Yuk simak selengkapnya:
Warna Putih
Lurik dengan warna putih menunjukkan arah Timur, tempat dimulainya kehidupan. Maknanya adalah kesucian sebagai bekal hidup manusia. Saat baru lahir, manusia diandaikan masih dalam kondisi belum tercemar oleh duniawi.
Warna Merah
Bergerak searah jarum jam, kehidupan manusia bergeser dari Timur ke Selatan. Di sinilah manusia beranjak dewasa dan mulai mempelajari dunia. Karena itu, Lurik dengan warna merah bermakna dinamik dan kedewasaan.
Warna Kuning
Lurik berwarna kuning bercerita tentang kehidupan yang sudah bergerak Barat, dimana manusia sudah mengalami kemapanan dan ketenagan jiwa setelah mengecap asam dan garam duniawi. Hal ini sejalan dengan masyarakat Jawa yang memaknai warna kuning sebagai simbol keagungan, ketenangan, dan kematangan.
Warna Hitam
Setelah mencapai kematangan dalam hidup, sudah saat manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dilakukan dengan menjalani hidup yang lebih arif dan bijaksana, mengenyampingkan kehidupan duniawi, demi mencapai kesempurnaan dalam spiritual. Di dalam kebudayaan Jawa sendiri, warna hitam memang lekat dengan kelanggengan dan keabadian.
Dari penjelasan tersebut, kita bisa melihat bagaimana Lurik di dalam kebudayaan Jawa bukan sekadar pakaian kerajaan atau upacara adat. Melalui Lurik, masyarakat Jawa mampu memaknai dan menafsirkan kehidupan sebagai sesuatu yang luhur dan filosofis.
Referensi: Wuryani, S. (2013). Lurik dan Fungsinya di Masa Lalu. Jurnal Ornamen, Halaman 81-100.