Tahukah Kawan Lori? Sebagian besar pakaian Lurik persembahan Lori menggunakan materi kain tenun yang dibuat melalui ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Sebenarnya, apa itu kain tenun ATBM? Apa yang membedakannya dengan mayoritas kain tenun lain yang saat ini tersebar di pasar? Mengapa Lori memilih kain tenun ini untuk membuat berbagai fesyen Lurik?
Seiring dengan perkembangan teknologi, produksi kain tenun dapat berlangsung secara cepat dan massal. Kain tenun yang diproduksi menggunakan mesin memiliki pasarnya tersendiri karena harganya yang dinilai terjangkau. Hanya saja, kain yang dihasilkan secara terautomatisasi dianggap kurang memiliki nilai filosofi yang mendalam. Sebab pembuatannya tidak melalui proses panjang oleh para penenun yang memahami makna yang terkandung dalam proses pembuatan kain tenun itu sendiri.
Bagi pemburu orisinalitas, kain tenun ATBM kemudian menjadi pilihan. Sesuai namanya, kain tenun ATBM merujuk pada metode kain tenun yang dibuat tanpa adanya campur tangan mesin. ATBM sendiri sebenarnya termasuk dalam alat penenunan modern, namun mekanismenya seratus persen digerakkan oleh manusia. Karena itu, di mata para pencintanya, kain tenun ATBM memiliki ciri khas tersendiri, seperti memberikan kesan orisinalitas, kesan eksotis, dan tradisi.
Teknologi ATBM pada mulanya diciptakan oleh insinyur di Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada tahun 1912. Alat ini pertama kali digunakan di Kabupaten Wajo pada tahun 1950-an untuk memproduksi kain sarung Samarinda. Sama seperti mesin, ATBM pun juga diciptakan untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi akan kain tenun. Sebelum adanya mesin, penggunaan ATBM dinilai dapat mendorong produksi kain tenun yang lebih cepat ketimbang metode tradisional yang sudah ada sebelumnya, yakni gedog.
Cara kerja alat tenun bukan mesin pada dasarnya sama dengan alat tenun tradisional lainnya yaitu dengan cara menyilangkan benang pakan dan benang lusi sehingga menjadi anyaman kain. Prinsipnya adalah dengan meletakkan benang lusi diatas benang pakan, sedangkan pada bagian berikutnya benang lusi diletakkan pada bagian bawah benang pakan, kemudian naik lagi, turun lagi dan seterusnya.
Sayangnya, seiring dengan tingginya permintaan pasar, ATBM mulai ditinggalkan. Kita hanya dapat menemukan ATBM di industri tenun berskala kecil yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Terlebih lagi, pengoperasian yang berat dan membutuhkan banyak tenaga membuat ATBM mulai banyak ditinggalkan oleh penenun yang sebagian besar adalah perempuan dan lanjut usia.
Dengan memanfaatkan kain tenun ATBM, Lori ingin memastikan pakaian Lurik yang dibuat tetap memiliki nilai autentik dan kental akan nilai-nilai filosofis dengan tetap menegaskan kesan modern.