About Us
Premium LoriSpecial Outfit for Your Wearing
Perjalanan Lori dimulai pada 2017, kekayaan dan keindahan wastra Nusantara menginspirasi kami untuk menciptakan karya busana yang tidak hanya menarik namun juga nyaman digunakan untuk aktivitas sehari hari.
Bahan baku utama dari produk Lori adalah Lurik karena motifnya yang sederhana sangat menarik untuk dieksplorasi menjadi berbagai macam bentuk tanpa menjadi terlihat berlebihan saat digunakan. Misi kami adalah membuat Wastra Nusantara dapat digunakan setiap hari di segala kesempatan, baik formal dan non formal. Kawan kawan dapat memesan produk ready stock ataupun Pre Order menggunakan custom size masing-masing ♥
Preserving Culture
Special Product for You
Sebagian besar produk Lori hanya dibuat terbatas, sehingga ketika item tersebut telah habis terjual maka belum tentu akan tersedia lagi item yang sama persis. Namun jangan khawatir karena kawan kawan dapat memesan model yang sama dengan memilih motif dan warna lain yang tersedia.
Desain kami mencerminkan style yang casual dan elegan dengan ciri khas potongan asimetris, semuanya dibuat dengan cinta dan passion. Kami berharap kawan semua menyukai produk Lori sebagaimana kamipun menyukai setiap proses produksinya.
selamat berbelanja…semakin menawan dan percaya diri dengan LORI
Asal Usul Kain Lurik
Lurik adalah kain tenun dengan motif garis-garis yang secara tradisional menjadi pakaian khas warga pria pedesaan di kalangan suku Jawa, lorek yang berarti garis garis, yang merupakan lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian S., 2000)
Kain Lurik adalah salah satu warisan Budaya Nusantara yang berasal dari suku Jawa, dari proses pembuatannya saat ini ada dua jenis kain Lurik, Tradisional (Alat Tenun Bukan Mesin / ATBM) dan Modern (menggunakan alat tenun mesin / ATM).
“Mengakar dari asal kata bahasa “rik” yang berarti pagar atau pelindung, Lurik memiliki nilai filosofi sebuah pengharapan, berupa doa-doa yang diselipkan oleh para pengrajin tenun agar kain tenun yang dihasilkan mampu menjadi berkah dan pelindung bagi pemakainya. Dari nilai filosofi itulah, mengapa Lurik harus dipertahankan bersama proses tenunnya yang tradisional menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
“Bukankah yang hanya bisa berdoa itu hanyalah ruh dan tangan manusia. Mesin itu tidak punya nyawa, tidak mampu berdoa. Tidak akan pernah menghasilkan Lurik yang memang hasil dari pengharapan doa manusia.” (LURIK, mengapa harus yang tradisional, Dibyo Lurik)